Masalahnya adalah, bagaimana seorang guru harus mengelola hal tentang PR ini agar tujuan dari pemberian PR itu sendiri dapat tercapai dengan efektif dan tidak malah bersifat destruktif. Karena saya pernah ikut membimbing belajar matematika salah seorang keponakan yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD), yang diberi PR oleh gurunya sangat banyak sehingga hampir membuat frustasi karena selain banyak, tingkat kesulitan nya pun tinggi. Ketika keesokkan sorenya saya tanya, bagaimana PR nya tadi di sekolah, dibahas ? ternyata menurut dia, gurunya hanya ngecek hasil akhir (jawaban) dari tiap soal tersebut dan tidak membahas bagaimana cara/langkah-langkah penyelesaian dari soal-soal tersebut . Sehingga jika ada peserta didik yang hanya menyalin jawabannya saja pun dari temannya, dan kebetulan jawabannya pun benar maka hal itu sudah dianggap tidak masalah lagi. Saya kira hal demikian agak bertentangan dengan tujuan kita para guru memberi PR matematika yang diantaranya adalah agar peserta didik terbiasa belajar di rumah untuk mendalami apa yang telah diperolehnya di sekolah, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan sikap positif terhadap mata pelajaran matematika, menumbuhkan sifat berani bertanya seandainya menemui kesulitan, baik kepada teman, orangtua maupun guru. Apabila pemberian PR ini tidak dikelola dengan baik, salah-salah yang terjadi adalah : peserta didik putus asa (dengan banyak dan sulitnya PR), menyuburkan budaya menyalin dan nyontek pekerjaan teman (melatih ketidak jujuran), serta kemungkinan salah konsep atau missconception.
Dalam pemberian PR sebaiknya ada pengelolaan yang baik, mulai dari banyaknya soal dan tingkat kesulitan dari soal-soal tersebut, serta bagaimana cara peserta didik berusaha menyelesaikan soal-soal tersebut. Perlu diberikan pengertian pada para peserta didik bahwa pemberian soal-soal untuk dikerjakan di rumah sebagai PR adalah agar mereka menyempatkan belajar dan melakukan latihan serta pendalaman dari materi yang sudah didiskusikan di sekolah. Seandainya ada kesulitan boleh mereka diskusikan dengan cara belajar kelompok, dan apabila tidak tercapai solusi boleh juga bertanya setiap ada kesempatan pada guru. Saya sendiri tidak segan memberi nomor ponsel saya pada mereka dan sambil berseloroh saya sampaikan bahwa saya menerima layanan 24 jam, tetapi kalau tidak ada balasan mungkin saya sedang istirahat atau tidak ada pulsa he..he..Memang sekali waktu saya terbangun di pagi hari membaca dua buah sms dari nomor yang sama, yang pertama bertanya tentang soal matematika yang berikutnya bunyinya begini “Wah custumer service nya sudah tutup rupanya” he..he..saya lihat memang smsnya pada saat sudah cukup larut.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah pada saat menindak lanjuti hasil PR peserta didik, karena hal ini pun merupakan hal yang berpotensi untuk menjadikan bumerang dalam dunia pendidikan. Yang jelas perlu difikirkan bagaimana PR dibahas dan bisa membantu peserta didik yang masih mendapat kesulitan menyelesaikannya, tanpa membuang terlalu banyak waktu tetapi tetap ada perbedaan perlakuan bagi peserta didik yang tidak memperlihatkan usaha untuk menunaikan kewajiban menyelesaikan PR nya. Saya sendiri tidak memeriksa PR mereka orang per orang, sebab pasti akan terlalu menyita waktu, sejak awal saya sudah membangun kesepakatan dengan peserta didik saya bahwa ada hukuman yang akan saya berikan kepada mereka yang tidak mengerjakan PR karena lupa, ketinggalan dan alasan lain-lain yang nampaktidak logis. Dan agar tidak menyita waktu terlalu lama dengan harus memeriksa PR mereka, saya minta pada setiap tatap muka apabila ada yang tidak mengerjakan PR langsung ke depan laporan dan siap menerima hukuman. Cara demikian cukup efektif melatih kejujuran dan sikap konsekuen atau tanggungjawab peserta didik. Dan selanjutnya ditanyakan PR yang paling sulit, jika ada ditawarkan dulu pada peserta didik yang bisa menyelesaikannya untuk dapat mendemonstrasikan pekerjaannya di depan. Apabila tidak ada yang bisa baru saya sebagai gurunya akan turun tangan menjelaskan pada mereka semua. Untuk PR yang tidak terlalu sulit, saya memberi waktu pada peserta didik untuk memperlihatkan cara kerja mereka dengan bergiliran di depan teman-temannya, tapi itu nanti setelah kami mendiskusikan sub polok bahasan atau kd yang berikutnya. Jadi tidak ada waktu yang terbuang, sebab setelah diskusi kd yang baru kemudian mereka mencoba latihan-latihannya. Teman-temannya yang lain bisa bergilir mendemonstrasikan cara mereka menggarap PR yang tadi.
Dengan pengelolaan PR yang baik diharapkan peserta didik tidak putus asa atau frustasi dengan PR mereka tetapi sebaliknya enjoy dan bersemangat. Mereka juga terbiasa dengan latihan tanggung jawab dan kejujuran, selain itu mereka pun merasakan buah hasil dari ketekunan berlatih matematika. Karena menurut Vernon A.Magnesen bahwa kita belajar : 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat sekaligus dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apayang kita katakan sekaligus kita lakukan. (seperti yang dikutip oleh Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie dalam bukunya Quantum Teaching).
Demikian semoga dengan pengeloaan PR matematika yang baik, tidak ada lagi peserta didik yang makin sebal lagi atau bahkan frustasi mempelajari matematika.
.
8 comments:
PR seharusnya menjadi motivasi tersendiri bagi pelajar utk mau "mengupgrade" diri dengan waktu yg lebih fleksible dibandingkan dengan waktu KBM normal...Itu yg sy dapatkan dari guru sy dulu bu...membaca postingan ini jadi teringat dg salah seorang guru sy yg sering memotivasi sy bahwa ketika sy pengen "lebih" dari yg lain, solusinya adalah dengan cara mengalokasikan waktu "lebih" apapun itu..termasuk dalam hal prestasi akademik...khusus pada bidang akademik, salah satu objeknya adalah PR itu...Oleh karenanya, sy selalu menganggap PR sebagai hal yg menyenangkan dan sy tidak terlalu memperdulikan apakah akan dikoreksi atau tidak.....susah atau tidak...
Saya menambahkan postingan ibu nih ceritanya...he..he...
selain PR dikelola dg baik sebagaimana yg ibu paparkan..juga sebaiknya ditanamkan pula pada diri siswa apa sih pentingnya/manfaatnya PR itu utk siswa???? (bukan hanya utk guru) agar tidak ada lagi keluhan dll. terhadap PR dari mata pelajaran apapun..tidak terkecuali matematika...
betul-betul, I do agree with you (sambil angguk-angguk saking setujunya he..he..), sekarang ini bukan jaman lagi peserta didik hanya jadi objek. Jadi pemberian PR pun harus dimusyawarahkan dan dijelaskan maksud tujuannya, kalau tidak gara-gara PR ini pula bisa jadi siswa segan masuk sekolah atau mungkin makin pintar berkelit dan berbohong hanya gara-gara menghindarkan diri dari hukuman.
Terus terang, dulu ketika saya SMP awalnya saya rajin mengerjakan PR matematika gara-gara takut dihukum karena gurunya sangat galak. Tapi gara-gara itu pula saya menyadari bahwa matematika adalah pelajaran yang mengasyikkan. Dan sedikit banyak gaya mengajar saya pun sedikit terinspirasi gaya mengajar guru saya tersebut he..he...karena untuk siswa tertentu mengajar matematika saya fikir memang harus sedikit galak....
Trims telah mampir lagi dan melengkapi postingan saya....
Bagi anak yang kurang senang dengan pelajaran matematika , PR seringkali dianggap sebagai beban dan sangat susah untuk dikerjakan , mungkin karena mereka kurang menyukai pelajaran matematika dan selalu menganggap bahwa matematika itu sulit ,kalau suda menganggap susah pasti jadi "malas" mengerjakan
Bagaimana caranya bu agar matematika lebih dianggap menyenangkan dan tidak sulit?
Kalau menurut ibu, disitulah seni dan tantangannya. Sesekali kita harus menggunakan "cara fikir" orang lain, terutama mereka yang nampak selalu bersemangat belajar matematika dan tidak punya kesulitan dengan matematika bahkan sangat menikmati dan bahagia dengan matematika( he..he...mulailebai.com ). Kita harus berfikir "kalau mereka bisa, mengapa saya tidak ?" selidiki apa yang menyebabkan mereka sangat gandrung dengan matematika. Untuk sementara "jauhi" teman-temanmu yang punya persepsi "negative" tentang matematika, sebab kalau kita bergabung dengan teman-teman yang belum-belum sudah "berburuk sangka" terhadap matematika maka pasti lah kita akan ikut-ikutan punya persepsi yang "negative" juga. Kalau sudah demikian jangan harap kita akan senang belajar matematika...ingat "tak kenal maka tak sayang". Ok Anin ? trims yaa telah mampir dan berani mengungkapkan unek-uneknya tentang matematika disini. Siapa tau ada teman-teman yang mempunyai masalah yang sama....
Ass, Bu klw soal-soal online d mna?
Wa Alaikum salaam...nanti Gus sedang disiapkan....
trims yah artikelnya.....
gitu toh guru2 sering ngasih pr terus.
pengen ngerjain pr lagi deh.
the.sta
Ya begitulah kira-kira....trims juga atas kunjungan dan komentarnya......
Post a Comment