My Jurney

Long Life Education

Sunday, October 16, 2011

Bapak/ Ibu Guru mempunyai akun Facebook dan Twitter ?

Bapak/ Ibu Guru mempunyai akun Facebook dan Twitter ? Sepertinya Bagus-Bagus aja kok, asal tentu saja kita tidak lupa akan peran dan kewajiban kita terhadap peserta didik. Seperti bunyi Falsafah Pendidikan yang pernah dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Indonesia,  Ki Hajar Dewantara “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani:”. Maka dalam memanfaatkan facebook dan twitter pun, mau tidak mau kita mempunyai tanggung jawab yang besar untuk tetap dapat menjalankan peran pendidik sebagai :”Pemberi arahan/dorongan, Ide/prakarsa dan contoh yang baik/ tauladan”, bagi para peserta didik kita.



Saya sendiri, sebagai seorang guru yang kebetulan mempunyai putra-putri yang saat itu beranjak dewasa merasa terpanggil untuk membuat akun facebook(fb), friendster, plurk dan twitter atas dorongan mereka. Selain itu karena sehari-hari mendengar kasus-kasus penyalah gunaan media tersebut oleh para remaja sampai oleh para kriminal, sehingga panggilan untuk ikut memanfaatkan media-media tersebut makin kuat. Apalagi suatu saat si bungsu saya yang ketika itu masih siswa SMA menyampaikan sambil lalu :”Mah itu ada murid mamah yang mungkin lagi bete, nulis statusnya kasar banget”. Nah mulai saat itu lah saya memutuskan untuk ikut meramaikan dunia maya dalam berbagai media dari mulai ber”facebook-ria” sampai dengan kegiatan blogging ini.
Tulisan-tulisan yang berupa keluh-kesah, ungkapan rasa senang sampai dengan umpatan kasar memang sering saya lihat dalam “status” para facebooker, tentu saja hal ini dapat saya ambil sebagai bahan pembelajaran dan bahan diskusi dengan anak-anak saya maupun peserta didik saya. Ungkapan-ungkapan yang terlontar bisa jadi membantu untuk dapat lebih memahami karakter mereka lebih dalam, atau membantu memahami situasi dan kondisi yang sedang mereka alami. Kalau kebetulan membaca ungkapan yang terlontar dari facebooker yang kebetulan peserta didik saya dan saya rasa kurang pas atau tidak pantas dibaca banyak orang, saya akan berusaha mengingatkannya dengan kapasitas saya sebagai pendidik. Saya ingatkan tentang peribahasa “Bahasa Menunjukkan Bangsa” yang artinya kurang lebih :Bahasa/ungkapan apapun yang terlontar dari seseorang baik itu ungkapan lisan maupun tulisan, maka akan menunjukkan kualitas orang tersebut. Tentu saja apabila kita terbiasa mengungkapkan sumpah serapah atau kata-kata kasar dan pedas baik lisan maupun tulisan, maka orang lain akan dengan mudah menilai kita sebagai apa..? (kira-kira sebagai apa ya..?).
Sejak para peserta didik saya tau bahwa saya punya akun fb dan twitter, reaksi para peserta didik saya pun beragam, dari yang menampakkan suka cita nya karena mereka anggap saya bu guru “Gaol” sampai ada yang bersikap hati-hati sehingga tidak mau nge “add” (menambahkan) saya sebagai “teman”nya karena takut dicereweti. Tapi ada juga yang cukup positif yaitu mendaulat saya sebagai “ibu”nya dalam kekerabatan di fb ini, ya tentu saja ini bagian yang menyenangkan dan cukup membahagiakan saya sebagai guru. Ada pengalaman pahit tapi sedikit menyenangkan juga kalau saya kenang, ada salah seorang peserta didik saya yang mungkin sedang kesal dan berselisih dengan temannya sehingga dia mengungkapkannya dalam “status” nya di fb. Dalam sebuah kesempatan saya coba tegur dan ingatkan bahwa kalimat-kalimat seperti itu kurang enak apabila dibaca orang dan kurang pantas kalau terlontar dari seorang pelajar apalagi putri. Ternyata dia malah menulis seperti ini di status berikutnya “Enak saja melarang-larang orang menulis status, memangnya ini fb siapa”. Dan selanjutnya saya tidak dapat lagi mengakses tulisan-tulisan dia, saya tanyakan pada anak saya kenapa seperti itu. Menurut anak saya, saya telah diremove (dihapus) dari  pertemanan dengan dia, wah sampai segitunya rupanya he..he padahal waktu kelas 7 saya sempat jadi wali kelasnya dan saya dijadikan “ibu” dalam kekerabatan di fb nya. Si bungsu saya kemudian mengingatkan saya “Makanya mamah jangan reseh, usil dan terlalu cerewet deh sama siswa mamah, entar mamah dibenci siswa-siswa mamah ”. Saya bilang :”Tidak apa-apa de, untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikkan itu kadang memerlukan perjuangan , proses dan waktu. Biarlah seiring waktu, lambat laun mereka para peserta didik mamah akan menyadari kebenaran itu”. Seperti yang sering disampaikan oleh kepala sekolah saya, cahwa anak-anak adalah calon manusia dewasa dengan segala ketidak tahuan dan kepolosan mereka, disinilah kita sebagai guru dan orang dewasa harus ambil bagian berperan sebagai pembimbing mereka dengan segala konsekuensinya. Termasuk mungkin untuk sementara "dibenci" mereka. Saya juga pernah mendapat kritikan melalui twitter ketika saya menjadi pelaksana pembaca pembukaan UUD pada upacara bendera waktu memperingati salahsatu hari besar di sekolah kami. Salah seorang siswa saya lapor, mom ada yang ngarasani mom di twitter. Saya penasaran, waktu saya lihat ada yang tweet begini :”Hai pada lihat ga sih mom Lilis lucu banget waktu jadi petugas upacara tadi ?”, saya balas tweetnya “ hi...hi...jadi malu ah, ternyata jadi pembaca Pembukaan UUD tidak mudah yaa” eh dia mungkin kaget dan surprise kalau saya ternyata punya akun twitter juga, dia langsung jawab lagi :”Eh ibu...jadi malu nih”. Ha..ha...lucu juga yaa...
Banyak juga saya lihat para facebooker yang sudah dengan sangat bijak memanfaatkan fb dan twitter ini untuk saling berbagi dan menjalin silaturakhim bahkan menyampaikan unek-unek dengan cukup santun. Pernah saya cukup tergugah melihat dan membaca sebuah note (catatan) di fb yang menceritakan tentang sebuah proses pembelajaran, yang maksudnya kurang lebih mengkritisi cara mengajar salahseorang guru mereka yang mereka anggap sering “tidak pada tempatnya”. Tentu saja selain dapat menjadi bahan renungan/refleksi untuk saya pribadi sebagai seorang guru, hal ini juga dapat menjadi bahan diskusi dengan teman-teman guru lainnya agar kita berhati-hati dan harus terus berusaha memperbaiki kinerja dan pelayanan kita sebagai guru bagi para peserta didik kita. Mulai saat itu pun saya menjadi rajin membuat catatan-catatan melalui fb ini, baik itu hasil blogwalking maupun hasil membaca dari buku, untuk saya bagi pada anak-anak saya maupun peserta didik saya, dengan harapan dapat berbagi manfaat. Sampai akhirnya saya terinspirasi untuk membuat blog “Masih Ada” ini.
Nah bagaimana dengan Anda, teman-teman guru di mana pun Anda berada ? Sudahkah Anda turut meramaikan akitifitas di dunia maya ini dengan positif ?  Semoga tulisan saya ini dapat menginspirasi Anda semua. Bahwa kita memang ada di era kecanggihan teknologi dengan segala manfaat dan mudharatnya, suka atau tidak, mau tidak mau para peserta didik yang notabene adalah calon generasi kita dimasa mendatang harus menjadi bagian dari era ini. Dan guru sebagai praktisi dan pemegang peran pendidikan juga mau tidak mau harus ikut melibatkan diri mengingat fungsi kita (sekali lagi) sebagai, PENDORONG, PEMRAKARSA, TAULADAN, bagi para peserta didik kita. Semoga.....
Ingin berteman dengan saya di fb dan twitter ? Disini yaa... Deep Yuha atau Lilis Wachyu Dinatapura dan twitter saya lidipp.


14 comments:

Fuji Haru said...

Kita kudu update dengan keadaan siswa. Jika kita ga ngikutin trend mereka (bukan ikut ikutan), dijamin jadi guru yang "biasa". Dulu, banyak sekali ketemu guru guru yang biasa. Akibatnya pembelajaran yang mereka biasa dan membosankan. ga ada emosi...hambar.... sehambar ilmu mereka yang males nyantol ke otak...hahaha

deep yudha said...

Betul-betul sensei, kita harus senantiasa meng"update" diri kita dengan sikon yang ada. Sebab kata pepatah bijak ,"kalau kita ingin menyampaikan sesuatu dengan sukses kepada suatu komunitas, maka paling tidak kita harus mencoba mengerti komunitas itu sendiri dan kalau perlu menjadi bagian dari mereka". Begitu pun guru atau dosen yang menurut bapak Uhar Suharsaputra adalah merupakan profesi pendisain masa depan dan upaya untuk dapat lebih baik lagi menjalankan peran kependidikan adalah proses yang tiada henti.
Btw sensei Fuji juga cukup sukses nampaknya jadi salahseorang guru idola di Nedusi, salahsatu buktinya adalah ini, salahsatu keluh kesah siswa yang sudah pindah di fb grup Nedusi dan kangen sensei Fuji: "Giery Tsunayoshi
disini bahasa mandarin..pengen belajar sama sensei fuji lagi T,T"....sukses ya pak Guru...trims sudah mampir dan berkomentar....

Steven Saputro said...

Sudah saatnya ada sedikit reformasi di kalangan pendidik. Sebagai pendidik, kita harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada terutama zaman sekarang yang merupakan zaman-zaman yang semakin "edan". Kejahatan merebak dimana-mana, di berbagai lapisan dengan berbagai macam cara termasuk di dunia maya. Sebagai pendidik kita juga harus memanfaatkan segala potensi yang terkecil apapun yang ada di sekitar kita. Teknologi juga digunakan. Pendidikan yang banyak bukanlah hanya pembelajaran semata di sekolah, tetapi pendidikan yang lebih banyak didapat adalah ketika kita di luar sekolah, artinya apakah ilmu-ilmu yang kita dapatkan di sekolah itu bisa digunakan dengan sebaik-baiknya di kehidupan sehari-hari atau malah menjadi suatu pelengkap "Derita". Apabila kita dapat bijak dalam menggunakam ilmu, pastilah kita akan memetik hasilnya. Ingat apa yang kepsek kita katakan, "Orang yang cerdas itu sangat berbahaya, manakal ilmu-ilmunya digunakan dalam kejahatan." Tidak ada salahnya dan malah suatu hal yang baik sekali manakala seorang pendidik memiliki akun FB, TT, atau blog sperti ini.. Di samping dapat mengawasi gerak-gerik peserta didik kita, kita juga dapat menjadi gahool dan semakin banyak hal-hal yang kita pelajari di dunia maya... Salam sayang dan salam motivasi... :)

deep yudha said...

wow menarik juga ulasan ketua Osis kita nih, rupanya sangat menyimak juga dengan apa yang sering disampaikan bapak kepala sekolah kita. Ada lagi yang sering disampaikan beliau lho, sperti :" Polusi udara bisa jadi bisa tertanggulangi, demikian juga polusi air dan polusi alam, akan tetapi manakala pulusi akhlak sudah mulai meracuni generasi muda kita naudzubillah, hany pendidikan lah yang bisa menanggulanginya", termasuk pendampingan pemanfaatan teknologi canggih bidang komunikasi seperti dunia internetini.
Trims Steven, salam sayang dan motivasi kembali....

Steven Saputro said...

hehehehe.... Hal itu juga yg tdinya mau saya sampaikan.. (Cuman dalam rangka memancing skaligus mengetes mamih apakah memperhatikan apa yang bapak kepsek sering katakan) hahahahahahaha... :D

deep yudha said...

Bisa saja nih ngeles ha..ha...dasar anak pintar calon pemimpin....(Amiin Yaa Robbal Alamin...)

ekaraharja said...

Pendidikan adalah "seni membangun Karakter"...seiring dengan perkembangan zaman...bahan bangunan pembentuk karakter itu (informasi), berubah sumber..dari yang dahulu hanya sekedar mulut...berlanjut ke media elektronik seperti (pada tahun 60an) dari radio...terus berlanjut (di era 90) dari televisi dan di era sekarang...internet dengan segala keberagaman kontennya mulai dari sekedar blog,portal, forum, hingga yg paling banyak menghadirkan bahan bangunan karakter bagi generasi muda itu (informasi), ....social networking... beberapa contohnya telah disebutkan oleh ibu,_tweeter & facebook...
hubungannya dengan peranan seorang pendidik khususnya, ada baiknya mau mengikuti apapun yg menjadi sumber dari bahan pembentuk karakter itu..pendidik sebaiknya menjadi pengawal sekaligus filter tersendiri bagi semua informasi dari sumber2 yg ada...
adapun, hubungannya dengan penyalahgunaan yg ada..jangan mutlak menyalahkan peserta didik, atau lebih jauh, karakter generasi mendatang, ketika yg terjadi kebanyakan efek negatif dari sumber2 yg ada karena para pendidik sekarang dan nanti tidak mau mengikuti perkembangan teknologi dari sumber keluarnya bahan pembentuk karakter hanya karena alasan sudah tua...g penting dll..
sekarang, adalah kurang sempurnya ketika kita hanya menjadi PENDORONG, PEMRAKARSA, TAULADAN, ketika hal itu hanya terjadi di alam nyata..karena..menurut desas-desus...50% lebih, hidup generasi muda sekarang berada di dunia maya...terlepas dari benar dan salah desas desus itu..bisa kita lihat sendiri dari kehidupan nyata...
(enaknya mah anggep bener aja lah...he..he..)
bijimane klo yg terjadi....dalam 50% itu tidak ada PENDORONG, PEMRAKARSA, TAULADAN bagi mereka karena sifat tersebut tidak mereka jumpai di dunia maya...
Oleh karenanya...ada baiknya..mengikuti saran Ibu Lilis ini..khususnya para pendidik...dan umumnya seluruh masyarakat...nice posting lagi bu...n jangan lupa selalu dipaste didinding sy ya...

deep yudha said...

wah informasi yang bagus tuh Mas Eka, sepertinya perlu saya jadikan sumber inspirasi untuk mengetuk hati para pendidik yang masih ogah2an menjajagi dunia maya dengan berbagai alasan yg telah Mas Eka ungkapkan. Sebab mau tidak mau, suka atau tidak memang kita ada di era ini dan sebagai pendidik yang harus bertanggung jawab akan kurikulum global yang akan melingkupi para peserta didik kita. Apa jadinya kalau mereka berjalan tanpa peran kita sebagai pendidik...
Trims kunjungan dan komentarnya yang telah melengkapi postingan saya....

tohirin said...

Banyak sekali teknologi baik dari hardware dan software yang bisa bermanfaat untuk siswa, namun belum sempat tersampaikan kepada siswa.

kadang saya terinspirasi dari kisah kakak beradik yang masih SD yang menjuarai lomba membuat aplikasi kamus bahasa inggis bergambar untuk anak pada event asia pasifik (kalo ngga salah),

Facebook dan Twiter benar sekali apa yang ibu sampaikan.

" Ilmu dan Teknologi itu bagai Pedang Bermata Dua tergantung siapa yang memegangnya "

"Tetap Gunakan Teknologi yang ada untuk jadi lebih baik "

Semoga Terus Sukses Ya Bu... :-)

deep yudha said...

Betul sekali mas, dan berkat kemajuan teknologi pula, ibu dapat kunjungan dari salah satu siswa ibu yang sudah sangat lama tidak bertemu ini walau hanya di dunia maya he..he...
Makasih mas Tohir atas kunjungan dan komentarnya yang telah turut melengkapi postingan ibu kali ini...sukses juga yaa...senang kalau ada siswa ibu yang telah dewasa menengok kami kembali baik via facebook maupun blog ini. Salam yaa buat teman-teman seangkatanmu....

Hafiz Albarr said...

TEknologi berkembang pesat mih, jangan mau kalah dari teknologi. Dan jangan mau ketinggalan jaman mih, apalagi jaman udah modern gini. Yang penting sih jangan sampai lupa waktu mih kalo main ke internet. Nice work mam! Tetap semangat mih.

deep yudha said...

Setuju Hafiz !!! jangan mau kalah ama teknologi and jangan mau ketinggalan zaman tapi jangan juga lupa diri and lupa waktu....okokok...setuju buangets he...he...trims udah berkunjung lagi ke blog mamihmu ( mentang-mentang ama wali kelas nih jadi dukung terus...)...

Ilham Primahendra said...

Sesuai dengan iklannya salah satu provider 'eksis' yang jargonnya "Internet Untuk Rakyat" yang semakin meyakinkan kita bahwa Internet jaman sekarang sudah merakyat, dannnnn itu berarti......guru juga harus mengenal dan menguasai dunia maya, jugaaa sebagai guru dan orangtua di sekolah bagi siswa-siswanya HARUS mengontrol kegiatan mereka di dunia maya, jangan sampe deh menyalahgunakan dunia maya apalagi sampe merusak nama baik pribadi, keluarga, apalagi sekolah. Oiya, guru juga harus kreatif memanfaatkan dunia maya, contohnya untuk pembelajaraan siswa. Yaaaa contohnya "Masih Ada" :D

deep yudha said...

Wow...pengurus OSIS baru kita berkomentar nih....terima kasih mas Ilham....betul tuh opininya...jadi ga keberatan yaa kalau kami para guru ngontrol cara ber fb kalian....wah jadi tersanjung nih dapat pujian...seandainya lebih banyak lagi siswa dan guru yang menyadari bagaimana memanfaatkan internet untuh menambah dan mengembangkan nilai-nilai yang sudah ada dalam dirinya....trims sekali lagi yaa...