Judul tulisan ini memang saya penggal dari sebaris lagu yang berjudul “Untuk Sahabat” yang dinyanyikan Audy dan sempat sangat populer pada beberapa tahun silam http://www.ilirik.com/audy_--_untuk_sahabat.html. Tidak pernah bosan rasanya saya mencoba mengajak para siswa saya, untuk senantiasa dapat menciptakan kebersamaan di lingkungan sekolah , kalau perlu saya nyanyikan sebaris refrain lagunya Audy diatas :” Kita bisa…jika bersama……..”
Seringkali juga bapak pimpinan kami di sekolah menyampaikan bahwa, :”di lembaga ini semua komponen memegang peranan penting, dari kepala sekolah sampai dengan petugas kebersihan”. Ibarat sebuah kendaraan, walau hanya sebuah pentil sekalipun, jika dia tidak berfungsi dengan baik maka bisa jadi akan berpengaruh buruk pada kinerja kendaraan tersebut secara umum bahkan bisa saja menyebabkan kendaraan tersebut m o g o k t o t a l.
Di kelas, guru harus berusaha memotivasi siswanya untuk dapat menjadi individu yang ikut andil berperan positif. Karena kelas yang baik terbentuk dari individu-individu yang baik, begitupun kelas-kelas yang baik akhirnya akan membentuk sekolah yang baik. Sebagai contoh sederhana misalnya dalam menjaga kebersihan kelasnya, diatur regu piket yang bekerja sesuai jadwal hasil kesepakatan seluruh anggota kelas. Sebetulnya jika disadari bersama, sungguh mudah menjaga kebersihan kelas dan area di sekitarnya yang mungkin hanya berukuran sekitar 4m x 5m plus koridor di depannya. Misalkan saja jumlah siswa umumnya adalah 40 siswa atau kalau jika itu kelas khusus RSBI paling banyak 30 siswa. Berarti tiap siswa hanya bertanggung-jawab memelihara kebersihan terhadap sekitar 0,5 m². Seandainya semua berkepentingan dan punya rasa tanggung jawab yang tinggi maka menciptakan kebersihan, ketertiban dan keindahan kelas bukanlah pekerjaan yang berat.
Dalam kesempatan lain kepala sekolah kami juga tidak bosan mengingatkan tufoksi masing-masing warga sekolah, ibarat sebuah perahu yang sedang menuju ke suatu tempat tujuan. Maka jika semua berupaya mengerahkan kemampuan untuk mendayung bersama kearah yang sama, tentu saja perahu akan lebih cepat sampai di tempat yang dituju. Tetapi sebaliknya jika banyak diantaranya yang tidak mau mendayung, pasti akan sangat lamban lajunya perahu tersebut, terlebih jika ada diantaranya yang berupaya membuat perahu bocor . Tentu saja kita semua dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan perahu tersebut.
Pada beberapa artikel pak Akhmad Sudrajat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ , diantaranya pada artikel ”Pengembangan Budaya Sekolah”
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/
disebutkan :”Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah ”. Pada artikel lain yang berjudul ”Memperbaiki Mutu Pendidikan Melalui Team Work” http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/01/memperbaiki-mutu-pendidikan-melalui-team-work/, Pak Akhmad mengutip pendapat Oswald (1996) yang juga mengutip pemikiran Cunningham and Gresso, Oswald (1996) mengemukakan dua faktor esensial dalam suatu team yang dapat semakin memantapkan budaya team (culture team), yaitu: bonding (ikatan) dan cohesiveness (kesatupaduan). Bonding akan memastikan bahwa anggota team memiliki komitmen yang kuat, misalnya terhadap waktu, pengetahuan, keterampilan dan energi untuk mencapai tujuan team. Team yang terikat akan lebih enthusias, loyal kepada organisasi dan team itu sendiri. Para anggota dapat memulai proses pengikatan ini pada saat pertemuan (rapat) pertama kali bagi para guru bisa di laksanakan pada rapat kerja menjelang tahun ajaran baru. Bagi siswa baru dan para orang tuanya mungkin tepat disampaikan pada saat pertemuan pertama para orang tua dengan seluruh komponen sekolah.. Dan tentu saja perlu sering diingatkan pada setiap kesempatan.
Jadi jika suatu team merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Maka visi, misi sekolah akan dapat lebih mudah dicapai bersama.
Sedangkan pada bagian lain artikelnya yang berjudul “Memperbaiki Mutu Pendidikan Melalui Team Work “, Pak Akhmad mengutip pendapat Larry Lozette yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan team, yaitu : (1) anggota tidak memahami tujuan dan misi team, (2) anggota tidak memahami peran dan tanggung jawab yang dipikulnya, (3) anggota tidak memahami bagaimana mengerjakan tugas atau bagaimana bekerja sebagai bagian dari suatu team, (4) anggota menolak peran dan tanggung jawabnya.
Jadi bagaimana ? Anda semua setuju kan dengan judul diatas ? Kita Bisa Jika Bersama…..Apakah Anda termasuk orang yang menyebabkan kegagalan team Anda ? atau sebaliknya ?
2 comments:
Berkunjung ya..bu ini blog saya yang baru..... http://imadanalis.blogspot.com/
Ok...makasih Kang Imad...nanti saya kunjung balik yaa....
Post a Comment