My Jurney

Long Life Education

Saturday, April 9, 2011

Mengapa Pelajaran Matematika Kurang Disukai ?

Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika. Hal ini ditunjukkan oleh hasil UN dan NEM di SMP, SMA dari tahun ke tahun yang hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan pelajaran lain. (Puspendik, 2008). Selain itu, pada tingkat Internasional, hasil tes Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2007 yang dikoordinir oleh The Internasional for Evaluation of Education Achievement (IEA), siswa Indonesia berada di peringkat 36 dari 48 negara peserta untuk penguasaan matematika. Sungguh keadaan yang memprihatinkan bukan ? mengingat matematika memegang peranan penting dalam mengasah daya nalar siswa jika mereka belajar matematika secara benar.

Menurut Mohamad Soleh dalam bukunya “Pokok Pengajaran Matematika Sekolah” antara lain mengatakan bahwa Karakteristik matematika itu mempunyai objek yang abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang dan prosedur pengerjaannya banyak memanipulasi bentuk-bentuk (Mohamad Soleh, 1998 :34 ). Sedangkan menurut Catur Supatmono dalam bukunya “Matematika Asyik” bahwa dengan karakteristiknya yang sangat khas antara lain yaitu bersifat abstrak, menggunakan lambang-lambang yang kurang digunakan dalam kehidupan se hari-hari, proses berfikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat, dan materi dalam matematika kadang tidak terlihat kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan kebanyakan siswa  tidak mudah untuk secara langsung menaruh minat terhadap matematika. Siswa harus bekerja keras terlebih dahulu untuk dapat melihat “K E I N D A H A N” atau daya tarik matematika. Lebih jauh Catur mengatakan bahwa banyak siswa yang tidak memiliki ketekunan dan mau bergelut dengan kerja keras untuk menemukan “K E I N D A H A N“ tersebut.
Berikut ini faktor-faktor lain yang menyebabkan siswa kurang berminat dalam belajar matematika, menurut Catur Supatmono dalam bukunya “Matematika Asyik” ( Catur Supatmono, 2009 : 2-3)
                     1.            Faktor Budaya
Makin banyaknya teknologi yang dapat menggantikan peran kerja manusia, makin membuat orang tidak mau bekerja keras dan cenderung menyerahkan banyak hal kepada mesin atau alat bantu lain.
2.            Faktor Sistem Pendidikan dan Kurikulum
Sistem pendidikan kita cenderung menentukan segala sesuatunya dari “atas”, paradigma ini kemudian berpengaruh dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru adalah sumber informasi utama dan siswa adalah seolah bejana kosong yang akan diisi dengan berbagai macam pengetahuan. Siswa hanya sebagai objek belajar dan proses belajar masih berpusat pada guru. Masalah lain adalah kurikulum yang padat materi dengan alokasi waktu yang terbatas, tidak kontekstual dengan tingkat kesulitan tidak sesuai dengan perkembangan siswa.
3.            Faktor orang tua atau keluarga
Banyak orang tua kurang dapat memahami beratnya beban siswa dalam belajar di sekolah, sehingga banyak orang tua yang tidak supportif terhadap anak-anaknya. Terkadang orang tua terlalu mengandalkan proses belajar di sekolah, sehingga perkembangan siswa tidak terpantau atau bahkan tidak terperhatikan sama sekali. Jika pun ada orang tua yang mempunyai waktu lebih untuk memperhatikan perkembangan belajar anaknya, masalah lain muncul karena banyak orang tua tidak menguasai materi matematika.
4.            Faktor Guru
Dibandingkan dengan guru-guru bidang studi lain, guru matematika cenderung mudah terkena godaan untuk “gampang marah” terhadap siswa. Hal ini disebabkan karena banyak tuntutan seperti target kurikulum, target kelulusan lewat ujian nasional dan lain-lain .Sementara itu siswa nampak kurang semangat dan kurang respon, jadi yang ada guru menjadi "gemas" dan "geregetan".
Menurut Suwarsono(1999), dari berbagai penelitian faktor guru inilah yang sering dianggap menjadi penyebab yang paling penting mengapa banyak siswa merasa takut atau memiliki minat rendah terhadap matematika.
Nah bagaimana menurut Anda ? apa yang dapat anda upayakan agar matematika diminati oleh siswa  jika Anda sebagai guru ?, atau putra-putri Anda jika Anda adalah orang tua ?.


2 comments:

Fuji Haru said...

Menurut pengalaman Fu, sebenarnya mengerjakan matematika merupakan keasyikan tersendiri. Perasaan puas kita dapatkan ketika bisa, tapi kalo ga bisa,, pusing tujuh keliling.
Dan, ada beberapa hal yang sepertinya ga perlu dipelajari karena Fu masih belum tahu manfaat dalam kehidupan sehari hari, seperti f(x)=5-9(y) dsb. Dan, beberapa temen juga berpikiran yang sama.

deep yudha said...

Trims sudah mampir lagi sensei...kadang manfaat matematika tidak langsung terasa, tapi dalam jangka lama pengaruh berlatih menyelesaikan soal-soal itu sendiri adalah pada mengasah nalar dan logika. Mengenai fungsi nampaknya bermanfaat melatih kemampuan analogi kita, dan itu pasti akan terasa kelak manfaatnya saat kita berhadapan dengan masalah-masalah yang sebenarnya dalam kehidupan kita.Arigato....