Alhamdulillah, menjadi guru di era digital, menjadi
tantangan tersendiri. Selain banyak kemudahan untuk mengembangkan diri dan meng
up date diri, sebagai guru juga harus
berupaya menjadi tauladan dalam menyikapi kemajuan teknologi informasi termasuk
berliterasi. Seperti yang pak DR.Uhar Suharsaputra pernah sampaikan dalam salahsatu
artikel di blognya, bahwa:”Guru/Dosen
merupakan profesi yang mendesain masa depan, dan upaya untuk lebih baik dalam
menjalankan peran kependidikan merupakan proses tiada henti,”. Demikian pun di era digital ini, peran
kependidikan seorang guru menjadi tantangan tersendiri.
Seperti kita tau informasi demikian cepat terhantar
kepada peserta didik kita di era digital ini. Sehingga mereka mengalami
percepatan perkembangan dalam hal pengetahuan, wawasan, keterampilan atau bahkan mungkin mengalami kerusakkan
lebih dini. Naudzubillah, nah disinilah mungkin, seperti yang pernah
disampaikan Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan kita, bahwa peranan guru sangat dibutuhkan dalam memberi tauladan,
bimbingan dan dorongan. Sepertinya falsaah pendidikan yang beliau lontarkan
berlaku di segala jaman. Demikian pun halnya dalam menghadapi era digital ini.
Kita sebagai guru harus mampu berperan agar mereka peserta didik kita tetap
aman ditengah belantara dunia internet yang kadang menyesatkan.
Sebagai guru, adakah yang sudah kita lakukan di Era
Digital ini? Jika kita hanya duduk diam, tidak berupaya meng update diri, bisa jadi kita tertinggal jauh, bahkan oleh peserta didik kita.
Mereka belajar computer dan tehnik jaringan, dunia internet dan lain-lain-lainnya,
namun gurunya, ada yang bahkan menghidupkan computer pun tidak paham. Semuanya
hanya karena memperturutkan kata hati, yaitu “MALAS”. Padahal sekarang ini
banyak penawaran pelatihan guru oleh para pegiat literasi, agar guru tidak
gagap teknologi dan gagap literasi. Baik itu yang berupa pelatihan online via
grup WA, maupun pelatihan ofline. Mungkin memang kita harus banyak berkorban,
baik itu waktu, tenaga maupun financial. Namun semua itu memang nilai yang
layak diperjuangkan dengan segala hasilnya, demi kemajuan pemikiran dan sikap
seorang guru yang imbasnya adalah pada kemajuan perkembangan prestasi peserta
didiknya. Seperti yang penulis alami, di usia penulis yang tidak muda lagi saat
itu, tiba-tiba sekolah tempat dimana penulis menunaikan tugas sebagai guru dan
pendidik, ditunjuk sebagai RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).
Tentu saja ini melalui tahapan-tahapan seleksi yang mekanismenya sudah diatur
oleh Permen saat itu.
Tentu saja hal itu berimbas pada tuntutan kompetensi
kami para guru dan tenaga administrasi. Terutama kami para guru MIPA, dituntut
untuk menguasai keterampilan computer dan keterampilan bahasa Inggris.
Untungnya pimpinan kami saat itu cukup tanggap dan segera ambil langkah-langkah
strategis. Seperti mendatangkan ahli computer dari salahsatu SMK untuk melatih
dan meningkatkan kompetensi keterampilan computer tenaga pendidik dan
kependidikan di sekolah kami. Memberi kesempatan kami untuk membeli laptop
dengan cara diangsur. Kemudian mendatangkan
guru bahasa Ingris dari tempat kursus bahasa yang terpercaya, juga untuk
menambah muatan bahasa Inggris kami. Bahkan kami pernah dikirim ke Kampung
Inggris Pare di Kediri.
Saya khususnya, merasa bersyukur telah mendapat
kesempatan untuk mendapat berbagai pelatihan yang diiniasi fihak sekolah untuk
meng-up grade kami agar siap menjadi tenaga professional sesuai tuntutan sebuah
RSBI. Walaupun cukup berat bagi kami sebab ada juga pro dan kontra yang
mewarnai keberadaan program RSBI, baik itu dari masyarakat awam maupun dari
kaum elit politik negeri. Namun penulis berusaha tetap dapat berfikir positif
dan melakukan langkah-langkah positif sebagai wujud rasa syukur mendapatkan
semua kesempatan ini, dibalik segala tantangannya yang cukup melelahkan juga
sebetulnya. Dengan segala fasilitas yang penulis peroleh sebagai bekal untuk
menjadi tenaga pendidik di RSBI, penulis mendapat kesempatan untuk dapat
mengenal dunia internet lebih cepat ketika itu.
Dengan kesadaran yang tinggi dalam menjawab kebutuhan
untuk senantiasa menambah ilmu, penulis mulai sering berselancar, blogwalking,
dan bertemu para blogger kawakan, khususnya blogger di bidang pendidikan.
Seperti, Bapak Akhmad Sudrajat, Bu Sri Rahayu, Pak Amin Hers, Bapak Dr. Uhar,
dan lain-lain. Sampai akhirnya penulis pun memberanikan diri membuat blog pada
tahun 2010, yang bertajuk :”Masih Ada”. Dalam pemikiran penulis saat itu, ingin
membuat blog seperti yang dibuat oleh Pak Akhmad Sudrajat, namun karena
keterbatasan penulis yang belajar secara otodidak, jadilah blognya hanya
sebatas blog sederhana seperti itu.
Mendapat masukkan dari siswa alumni sekolah kami,
penulis pun menambah pengalaman dengan membuat akun di Slide Share, sebagai
sarana untuk bisa berbagi di dunia maya. Selain memuat materi pelajaran
matematika untuk bahan mengajar yang dibuat penulis, juga memuat tugas-tugas
hasil belajar siswa. Alhamdulillah tugas yang dibuat oleh siswa kami ternyata
cukup banyak dikunjungi para pencari ilmu, bahkan banyak diunduh. Hal ini
terlihat dari data pengunjung dan pengunduh yang melengkapi aplikasi Slide
Share. Tentu saja hal ini membesarkan hati penulis. Hasil karya digital penulis
dan juga para siswa terabadikan, baik dalam blog maupun dalam akun slide share
penulis. Hanya penulis belum mencoba membuat video yang diunggah dalam Chanel Youtube, mungkin dalam waktu
dekat segera penulis coba membuatnya. Sudah ada permintaan dari pengunjung blog
penulis di gurusiana ketika penulis
memposting Cara Membuat Kue Bakpia.
Demikian, sekilas pengalaman penulis sebagai guru
dalam menyikapi era digital. Semoga bermanfaat dan memotivasi guru-guru muda
untuk dapat berbuat lebih lagi, demi kemajuan pendidikan Indonesia di era
kemajuan teknologi komunikasi ini.
Tentang Penulis
Lilis Yuningsih, S.Pd.,
M.M, kepala SMPN Satap 1 Lelea,
kecamatan Lelea, kabupaten Indramayu. Pernah mendapat tugas menjadi kepala
sekolah DPK di SMP IT Mutiara Irsyady Pekandangan Jaya Indramayu. Di sekolahnya
ini penulis sempat menyelenggarakan workshop Pelatihan Menulis Bagi Guru, walau
dari target 125 peserta baru berhasil mengumpulkan 65 orang peserta saja.
Mendirikan Komunitas Literasi Dermayu bersama rekan-rekannya sesama pegiat
literasi di Indramayu. Akun facebooknya Lidip Wachyu Dinatapura dan Deep Yudha.
Juga mempunyai blog deepyudha.blogspot.com
yang bertajuk Masih Ada.
Selain mengajar juga punya jadwal On Air di Radio Cinde FM Indramayu mengasuh
acara Obrolan Hati (Obati) yaitu tiap Rabu malam jam 20.00-22.00. Saat mengajar
matematika di SMPN 2 Sindang yang input siswanya luar biasa, penulis menghimpun
tugas-tugas kekinian dari siswanya untuk diunggah diblognya juga di akun
slidesharenya. Akun slideshare itu
adalah :
Pernah mengikuti pelatihan menulis
yang diselenggarakan Media Guru, Majalah Guneman dan menghasilkan buku
tunggal yang berjudul “Goeroe” dan
beberapa buku antologi hasil kerjasama dengan para penulis pemula lainnya.
Buku-buku itu diantaranya : Rekam Jejak Literasi (kerjasama para guru penulis
yang terhimpun dalam Kreasi ,Penggerak Literasi asuhan bu Rina Sugiarti),
Kumpulan puisi bertema ibu berjudul “Bidadari Dunia”, Kumpulan Cerita Anak
bagian 1, Jangan Pernah Berhenti Mengajar (arahan mba Nenny Ma’mun), buku Ayah
Bunda dan buku My Trip My Book. Juga buku kumpulan Puisi yang dipersembahkan
untuk almarhum Pak Hernowo Kasim.
Penulis bisa dihubungi via
email yuningsihlilis@gmail.com , WA 085 63 481 5 381, 085224223574,
087717866652.